Internet di Indonesia tumbuh sedemikian pesat dengan pangsa pasar yang masih sedemikian luas untuk berkembang. Tercatat hari ini di Indonesia ada sekitar 50 juta pengguna Interneť, 70% diantaranya mengakses dari ponsel. Dengan pasar ponsel yang kini mencapai 250 juta handsets aktif dan penjualan handsets mencapai hampir 100 juta unit per tahun, Indonesia merupakan pasar luar biasa untuk konten Internet. Ini belum memperhitungkan jumlah komputer desktop yang terhubung ke Internet maupun pesawat televisi yang semakin dapat menampilkan tidak hanya siaran tv konvensional tapi juga berbagai konten Internet dan beragam aplikasi.
Begitu menariknya pasar Indonesia, selain karena jumlah pasar juga karena perilaku pasar yang begitu adaptif terhadap tersedianya berbagai hal baru di Internet. Hal ini terlihat dari peringkat pengguna Indonesia di situs2 dunia yang selalu mendominasi seperti peringkat 4 di facebook, peringkat 5 di twitter.

Kebanggaan kita terhadap hal disebutkan diatas, sayang tidak diikuti dengan kesadaran untuk segera menyiapkan konten lokal untuk menyerap pasar melimpah tersebut. Akibatnya, konten asing lah yang secara agresif merebut pasar Indonesia yang hari ini bernilai jutaan dollar per harinya (dan terus meningkat sejalan dengan tumbuhnya pengguna Internet Indonesia) spt terlihat dari alex ranking di bawah ini. Jika dikapitalisasikan dengan nilai pasar, maka nilai pasar user internet indonesia per hari ini melebihi angka 5 milyar US dollar.

Melihat keadaan tersebut diatas, sekelompok individu dari berbagai disiplin ilmu yang mempunyai kepedulian yang serupa membentuk sebuah Perhimpunan yang salah satu tujuannya mempertemukan semua komponen dan pihak yang diperlukan untuk menjadikan konten lokal lebih tersedia dan disukai oleh pasar Indonesia sehingga bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Sekelompok individu tersebut adalah Handoyo Taher (Primanet), Sulihno (Powertel), A. Sapto Anggoro (merdeka.com), Juny Maimun (Indowebster), Jamalul Izza (Media Lintas), Marcelus Ardiwinata (Firstmedia), Agus Budi Raharjo (ADSnet), Bambang Arif Jatmiko (Digisat), Sarwani Dwinanto (detik.com), Johar Alam Rangkuti (IDC Indonesia), Sri Handayani (IDC Indonesia), Dicky Tjokrosaputro (Poweretel), Anda Rivanda (Qiandra), Eddy Santosa Jaya (Hypernet), M. Rully Sumbayak (Nusanet), Henri Kasyfi Soemartono (IDappsacademy), Heru Setiawan (DESnet), Tridarsa Tosib Rangkuti (NatNitNet), Adi Kusuma (Arsen Kusuma), James Tomasouw dan CB Budi (Nest Advance),
Begitu menariknya pasar Indonesia, selain karena jumlah pasar juga karena perilaku pasar yang begitu adaptif terhadap tersedianya berbagai hal baru di Internet. Hal ini terlihat dari peringkat pengguna Indonesia di situs2 dunia yang selalu mendominasi seperti peringkat 4 di facebook, peringkat 5 di twitter.

Kebanggaan kita terhadap hal disebutkan diatas, sayang tidak diikuti dengan kesadaran untuk segera menyiapkan konten lokal untuk menyerap pasar melimpah tersebut. Akibatnya, konten asing lah yang secara agresif merebut pasar Indonesia yang hari ini bernilai jutaan dollar per harinya (dan terus meningkat sejalan dengan tumbuhnya pengguna Internet Indonesia) spt terlihat dari alex ranking di bawah ini. Jika dikapitalisasikan dengan nilai pasar, maka nilai pasar user internet indonesia per hari ini melebihi angka 5 milyar US dollar.

Melihat keadaan tersebut diatas, sekelompok individu dari berbagai disiplin ilmu yang mempunyai kepedulian yang serupa membentuk sebuah Perhimpunan yang salah satu tujuannya mempertemukan semua komponen dan pihak yang diperlukan untuk menjadikan konten lokal lebih tersedia dan disukai oleh pasar Indonesia sehingga bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Sekelompok individu tersebut adalah Handoyo Taher (Primanet), Sulihno (Powertel), A. Sapto Anggoro (merdeka.com), Juny Maimun (Indowebster), Jamalul Izza (Media Lintas), Marcelus Ardiwinata (Firstmedia), Agus Budi Raharjo (ADSnet), Bambang Arif Jatmiko (Digisat), Sarwani Dwinanto (detik.com), Johar Alam Rangkuti (IDC Indonesia), Sri Handayani (IDC Indonesia), Dicky Tjokrosaputro (Poweretel), Anda Rivanda (Qiandra), Eddy Santosa Jaya (Hypernet), M. Rully Sumbayak (Nusanet), Henri Kasyfi Soemartono (IDappsacademy), Heru Setiawan (DESnet), Tridarsa Tosib Rangkuti (NatNitNet), Adi Kusuma (Arsen Kusuma), James Tomasouw dan CB Budi (Nest Advance),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar